BAB
VI
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS
Latar
Belakang dan Tujuan
Kehidupan modern mulai ditandai oleh pesatnya perkembangan bahasa tulis dan kegiatan cetak mencetak agar mengembangkan tradisi menulis dan membaca. Tradisi menulis dapat diartikan sebagai suatu kebiasaan untuk menyatakan gagasan atau pendapat secara tertulis, sedangkan tradisi membaca adalah kebiasaan orang untuk memanfaaatkan tulisan dalam rangka mengambangkan pengetahuan. Membaca dan menulis sebagai aktivitas komunikasi ibarat mata uang yang sisi-sisinya saling melengkapi. White (1980) mengatakan bahwa antara membaca dan menulis terdapat hubungan yang saling menunjang dan melengkapi.
Meskipun
telah disadari bahwa penguasaan bahasa tulis mutlak diperlukan dalam kehidupan
modern, dalam kenyataannya pengajaran keterampilan membaca dan menulis kurang
mendapatkan perhatian, baik dari para siswa maupun para guru.
Bertolak dari kenyataan itu pengajaran menulis perlu digalakkan di berbagai lembaga pendidikan, termasuk di PGSD. Mahasiswa PGSD adalah calon guru yang nantinya harus mengajarkan pengajaran menulis kepada anak didiknya. Apabila mereka belum mendapatkan pengajaran menulis maka mustahil mereka dapat mengajarkannya dengan baik. Aktifitas menulis yang sering dilakukan oleh guru setidaknya dapat dijadikan contoh dan keteladanan bagi anak didiknya.
Peningkatan
menulis diberikan kepada Anda, mahasiswa PGSD, dengan tujuan agar Anda dapat
menguasai teori dan praktik menulis. Peningkatan menulis yang diberikan
dititikberatkan pada memperbanyak latihan membuat karangan. Dalam praktik,
mahasiswa PGSD sebagai calon guru diharapkan dapat menyusun cerita anak-anak
dengan baik. Melalui cerita anak-anak, guru dapat memasukkan berbagai
pengajaran , terutama pengajaran sikap dan moral. Dengan demikian, pemberian
materi ini kepada mahasiswa PGSD dimaksudkan untuk mengantisipasi
tugas-tugasnya sebagai calon guru.
Kemampuan
menyusun naskah pidato tidak kalah penting bagi calon guru. Kemampuan menyusun
pidato merupakan keterampilan praktis yang sangat diperlukan dalam kehidupan
sehari-hari. Kegiatan belajar mengajar dilakukan dengan pendekatan terpadu.
Setiap materi selalu dikaitkan dengan keterampilan berbahasa dan unsur-unsur
kebahasaan. Demikian juga
menulis naskah pidato dapat dikaitkan dengan pengajaran kosakata, struktur, dan
ejaan.
Evaluasi
dilakukan dengan sistem silang, artinya evaluasi dapat dilakukan oleh teman
sejawat. Dengan cara semacam itu pengajaran menulis secara tidak langsung telah
dipadukan dengan keterampilan membaca. Evaluasi berupa kritik, saran, dan
komentar yang diberikan oleh teman sejawat maupun dosen hendaklah bersifat
pembinaan. Komentar dilakukan dalam rangka mendorong mahasiswa agar gemar
menulis dan bukan sebaliknya mematikan semangat menulis yang mulai tumbuh.
- Keterampilan Menulis
Tarigan (1983) mengemukakan bahwa
menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambing-lambang grafis yang
menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang sehingga orang lain
dapat membaca lambing-lambang grafis tersebut, kalau mereka memahami bahasa
bahasa dan lambing grafis tersebut. Byrne (1979) mengemukakan bahwa mengarang
pada hakikatnya bukan sekedar menulis simbol-simbol grafis sehingga berbentuk
kata, dan kata-kata disusun menjadi kalimat menurut peraturan tertentu, akan
tetapi mengarang adalah menuangkan buah pikiran ke dalam bahasa tulis melalui
kalimat-kalimat yang dirangkai secara utuh, lengkap dan jelas sehingga buah
pikiran tersebut dapat dikomunikasikan kepada pembaca dengan berhasil. Dalam
kegiatan karang-mengarang, pengarang menggunakan bahasa tulis untuk menyatakan
isi hati dan buah pikirannya secara menarik dan mengena pada pembaca. Oleh
karenanya, disamping harus menguasai topik dan permasalahan yang akan ditulis,
penulis dituntut menguasai komponen
(1) grafologi
(2) struktur,
(3) kosakata,
(4) kelancaran.
Pengajaran mengarang menurut Baraja
(1975) terdiri atas lima tahap, yaitu
(1) mencontoh,
(2) mereproduksi,
(3) rekombinasi dan transformasi,
(4) mengarang terpimpin, dan
(5) mengarang bebas.
Mencontoh
adalah aktivitas mekanis. Ada beberapa keuntungan yang dapat diperoleh lewat
kegiatan mencontoh, melatih menulis dengan tepat sesuai dengan contoh, belajar
mengeja dengan tepat, dan membiasakan diri menggunakan bahasa yang baik.
Kegiatan
reproduksi, yaitu menulis apa yang telah dipelajari secara lisan dan tulis.
Kegiatan ini diawali dengan kegiatan menyimak atau membaca. Hasilnya dituangkan
kembali dalam bentuk karangan yang disusun dengan kata-katanya sendiri.
Dalam praktik, dapat berupa latihan
penggabungan antar kalimat antar paragraph, atau antar wacana. Rekombinasi mencakup pengertian
kompilasi beberapa pokok pikiran dari berbagai wacana menjadi satu wacana. Transformasi adalah mengubah salah satu
bentuk karangan ke dalam bentuk karangan yang lain. Dalam lingkup yang lebih
luas tranformasi mencakup pengertian penerjemahan. Penyaduran alih aksara
(transliterasi), transkripsi, dan pembuatan sinopsis.
Menulis
terpimpin dapat dilakukan dengan bantuan gambar dan kerangka karangan.
Penyusunan kalimat berdasarkan kata-kata tertentu, penyusunan alinea
berdasarkan kalimat-kalimat tertentu termasuk mengarang terpimpin.
Mengarang
bebas sebagai tahap akhir dari pengajran mengarang dilakukan dengan
pemberian tugas kepada siswa untuk membuat karangan secara bebas.
- Proses Menulis
Aktifitas menulis mengikuti alur proses
yang terdiri dari beberapa tahap. MCkay (1984) mengemukakan tujuh tahap, yaitu
(1) pemilihan dan pembatasan masalah,
(2) pengumpulan bahan,
(3) penyusunan bahan,
(4) pembuatan kerangka karangan,
(5) penulisan naskah awal,
(6) revisi, dan
(7) penulisan naskah akhir.
Disamping itu, McCrimmon sebagaimana
dikutip oleh Akhadiah (1989) mengemukakan tiga tahap dalam proses penulisan,
yaitu,
(1) prapenulisan,
(2) penulisan, dan
(3) revisi.
Kedua pendapat tentang proses penulisan
itu sebenarnya belum lengkap sebab tulisan tidak akan bermakna tanpa
dipublikasikan kepada orang lain. Belum menjelaskan kapan pengarang menentukan
judul karangan.
Secara padat proses penulisan terdiri
atas lima tahap, yaitu
(1) pramenulis,
(2) menulis,
(3) merevisi,
(4) mengedit, dan
(5) mempublikasikan.
1.
Pramenulis
Pramenulis merupakan tahap persiapan.
Pada tahap ini penulis melakukan berbagai kegiatan, misalnya menemukan ide
gagasan, menentukan judul karangan, menentukan tujuan, memilih bentuk atau
jenis tulisan, membuat kerangaka, dan mngumpulkan bahan-bahan. Kegiatan ini
dapat dilakukan melalui berbagai aktivitas, misalnya membaca buku, surat kabar,
majalah, dan sejenisnya; menyimak warta berita, pidato, khotbah, diskusi, dan
seminar; karya wisata dan rekreasi; dan sebagainya.
Penetuan tujuan erat kaitannya dengan
pemilihan bentuk karangan. Karangan yang bertujuan menjelaskan sesuatu dapat
ditulis dalam bentuk karangan eksposisi; karangan yang bertujuan membuktikan,
meyakinkan dan membujuk dapat disusun dalam bentuk argumentasi dan persuasi.
Karangan yang bertujuan melikiskan sesuatu dalam bentuk karangan deskripsi.
Karangan terdiri atas tiga bagian, yaitu
pendahuluan, pengembangan, dan penutup. Pada bagian pendahuluan dapat dapat
dikemukakan latar belakang masalah, permasalahan yang akan dikemukakan, dan
pendekatan yang akan digunakan untuk menguraikan masalah itu. Bagian penutup
biasanya berisi kesimpulan dan saran. Pengembangan masalah dapat dilakukan
dengan pola alamiah dan rasional. Pola alamiah adalah pola pengembangan yang
disesuaikan dengan urutan waktu terjadinya peristiwa (kronologis), dan urutan
tempat atau ruang (space order). Pola
pengembangan rasional, dapat dilakukan berdasarkan :
(1)
urutan sebab akibat
atau sebaliknya,
(2) problem solving atau
pemecahan masalah,
(3) aspek,
(4) topic.
Dalam penulisan cerita anak-anak dapat
digunakan pola pengembangan alamiah. Sementara itu, naskah pidato untuk
kegiatan seminar dapat disusun pola pengembangan problem solving.
2.
Menulis
Tahap menulis dimulai dengan menjabarkan
ide ke dalam bentuk tulisan. Ide-ide itu Dituangkan dalam bentuk kalimat dan
paragraph. Selanjutnya paragraph-paragraf itu dirangkaikan menjadi satu
karangan yang utuh.
Pada tahap ini diperlukan pula berbagai
pengetahuan kebahasaan dan teknik penulisan. Pengetahuan kebahasaan digunakan
untuk pemilihan kata, penentuan gaya bahasa, pembentukan kalimat, sedangkan
teknik penulisan untuk penyusunan paragraph sampai dengan penyusunan karangan secara
utuh.
Beberapa persyaratan yang perlu
diperhatikan pada saat menentukan judul, antara lain :
(1) singkat,
(2) provokatif, dan
(3) relevan dengan isi.
Di samping itu, perlu diingat bahwa
judul sebaiknya disusun dalam bentuk frase bukan kalimat.
3.
Merevisi
Pada tahap merevisi dilakukan koreksi
dalam keseluruhan karangan. Koreksi dilakukan terhadap berbagai aspek, misalnya
struktur karangan dan kebahasaan. Stuktur karangan meliputi penataan ide pokok
dan ide penjelas, serta sistematika dan penalarannya. Aspek kebahasaan meliputi
pilihan kata, struktur bahasa, ejaan, dan tanda baca.
4.
Mengedit
Dalam pengeditan diperlukan format baku
yang akan menjadi acuan, misalnya ukuran kertas, bentuk tulisan, dan pengaturan
spasi. Proses pengeditan dapat diperluas dan disempurnakan dengan penyediaan
gambar atau ilustrasi. Dimaksudkan agar tulisan itu lebih mudah dipahami dan
menarik.
5.
Mempublikasikan
Mempublikasikan mempunyai dua
pengertian. Pengertian pertama, berarti menyampaikan karangan kepada public
dalam bentuk cetakan, pengertian kedua menyampaikan dalam bentuk noncetakan.
Penyampaian bentuk noncetakan dapat dilakukan dengan pementasan, perceritaan,
peragaan dan sebagainya. Karangan anak-anak dapat dipublikasikan lewat papan
temple atau bacakan didepan kelas. Pemajangan hasil karya anak-anak dapat
berfungsi ganda, disamping untuk penguatan juga dapat memacu semangat bersaing
secara positif.
- Menulis dan Mempublikasikan
1. Cerita
Anak-anak
Cerita anak-anak termasuk bentuk prosa.
Cerita anak-anak memiliki beberapa unsur, antara lain :
(1) tokoh dan penokohan,
(2) alur atau plot,
(3) setting atau latar,
(4) tema,
(5) pusat pengisahan atau point of view,
dan
(6) amanat.
Cerita anak-anak biasanya bersifat
edukatif. Tema cerita disesuaikan
dengan perkembangan kejiwaan anak. Anak seusia siswa sekolah dasar suka pada
tema-tema kepahlawanan, kemanusiaan dan petualangan. Tema hitam putih merupakan
pilihan utama, dengan menampilkan tokoh protagonist dan antagonis sebagai
pendukungnya.
Alur cerita anak-anak biasanya amat
sederhana. Alur progresif banyak digunakan sebab alur ini banyak menceritakan
secara linear, artinya peristiwa-peristiwa diceritakan berdasarkan urutan waktu
terjadinya. Plot flashback atau sorot
balik, dan maju mundur atau campuran jarang digunakan.
Setting dapat terjadi dimana saja. Untuk
memperkuat latar daerah, dapat digunakan beberapa bahasa dari daerah.
Dalam kaitannya dengan pusat penceritaan
atau point
of view, pengarang dapat
memilih gaya dia atau gaya aku. Gaya dia dipilih pengarang apabila dia
menghendaki berada diluar cerita. Gaya aku di pilih apabila pengarang ingin
memberi gambaran kepada pembaca seolah-olah peristiwa itu dialami sendiri oleh
pengarangnya.
Bahasa yang digunakan dalam cerita
anak-anak harus disesuaikan. Kata-kata yang sederhana dan konkret lebih mudah
dicerna oleh anak-anak. Dialog-dialog pendek perlu ditampilkan agar cerita
lebih menarik dan bersifat alami.
2. Naskah
Pidato
Komunikasi lisan dapat dibedakan menjadi
tiga, yaitu :
(1) komunikasi
intrapersonal,
(2) komunikasi
interpersonal, dan
(3) komunikasi
public.
Komunikasi intrapersonal
terjadi anatara seseorang dengan dirinya sendiri, misalnya saat seorang
mengeluh. Komunikasi interpersonal
dilakukan oleh seseorang dengan orang lain, misalnya percakapan, diskusi. Komunikasi public dilakukan oleh
seseorang kepada khalayak (public), misalnya seseorang berpidato.
Pidato
adalah penyampaian uraian secara lisan tentang sesuatu hal dihadapan massa.
Penyampaian uraian berarti menyampaikan keterangan sejelas-jelasnya menurut
cara-cara tertentu. Penyampaian sesuatu hal yang tidak disertai dengan uraian
atau penjelasan tidak dapat dikatakan pidato. Pidato harus dilakukan secara
lisan. Akan tetapi, dapat terjadi sesorang menyampaikan pidato dengan naskah,
yaitu uraian yang telah dipersiapkan secara tertulis.
Kemampuan pidato
bukan saja menuntut kemahiran berbahasa, melainkan juga menghendaki persyaratan
yang lain, seperti:
(1) keberanian,
(2) ketenangan
bersikap didepan massa,
(3) kecepatan
bereaksi, dan
(4) kesanggupan
menampilkan ide secara lancar dan sistematis.
Naskah pidato
adalah sejenis karangan. Persyaratan yang berlaku untuk suatu karangan berlaku
juga untuk naskah pidato. Naskah pidato bertolak dari satu ide atau gagasan.
Secara garis
besar, naskah pidato terdiri dari tiga bagian, yaitu, :
(1) pendahuluan,
(2) isi, dan
(3) penutup.
Pidato yang
berisi uraian tentang suatu gagasan, dibuka dengan memaparkan latar belakang
masalah, dan permasalahan yang ingin dikemukakan. Selanjutnya dikemukakan uraian
tentang masalah itu secara mendalam. Pada bagian akhir, disampaikan kesimpulan
serta saran. Pidato seremonial yang biasa disampaikan pada berbagai upacara dan
peringatan terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, pendahuluan, berisi puji
syukur dan ucapan terimakasih. Bagian kedua, isi pidato, menguraikan hakikat
peringatan dan kegiatannya. Bagian ketiga, penutup, berisi harapan dan permohonan maaf.
Naskah pidato
disusun dalam bentuk uraian lengkap. Tiap-tiap pokok pikiran terdiri dalam satu
alinea. Bahasa yang digunakan disesuaikan dengan tingkat pengetahuan pendengar.
Kalimat yang disusun memenuhi persyaratan kalimat efektif, antara lain:
(1) kelengkapan
unsur subjek dan predikat,
(2) penggunaan
perfiks me- dan ber- secara konsisten apabila diperlukan,
(3) penggunaan
kata-kata baku,
(4) penggunaan
kata penghubung dan partikel secara konsisten apabila diperlukan,
(5) terhindar dari
unsur kedaerahan.
Penyampaian pidato berdasarkan naskah
dilakukan dengan cara membaca atau menghafal. Kedua cara ini memiliki kelemahan
yaitu kurang dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi sesaat. Pidato
berdasarkan kerangka lebih fleksibel. Artinya, orang yang berpidato dapat
menyesuaikan dengan kondisi dan situasi sesaat.
0 komentar:
Posting Komentar