KONSEP DASAR
PENALARAN
INDUKTIF DAN DEDUKTIF
TUGAS MATA KULIAH
PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA
KELAS : A
KELOMPOK : `7
Disusun Oleh :
1.
Siti
Nur Jamilah (130210204017)
2.
Siti
Esa Devika Sari (130210204081)
3.
Helvy
Ika Sa’diyah (130210204084)
4.
Intan
Nur Halidayanti (130210204123)
5.
Istifar
Musarofah (130210204030)
6.
Selatika
Pidiana (130210204011)
JURUSAN PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
FAKULTAS KEGURUAN dan ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2014
PENALARAN INDUKTIF DAN DEDUKTIF
A.
PENARIKAN
KESIMPULAN.
Penarikan kesimpulan adalah lambang aktivitas pikiran yang abstrak yang
berbentuk bahasa atau bentuk-bentuk lambang lainnya. Validitas suatu penarikan
kesimpulan dapat diuji dengan cara menguji validitas bentuk dari penarikan
kesimpulan tersebut dalam hal ini argumennya. Suatu argumen dikatakan sah jika
premis-premis bernilai benar maka konklusinya bernilai benar. Sebaliknya suatu
argumen dikatakan tidak sah jika semua premis bernilai benar tetapi konklusinya
bernilai salah. Jadi dalam penarikan kesimpulan, premis-premis dianggap atau
diasumsikan benar dan argumennya harus sah atau valid. Sebelum kita mengkaji
beberapa argumen, terlebih dahulu kita akan mempelajari konsep tautologi dan
kontradiksi yang sangat penting dalam membuktikan validitas argumen. Berikut
ini diberikan definisi dan contoh dari tautologi dan kontradiksi.
a.
Tautologi
Tautologi adalah
pernyataan majemuk yang selalu bernilai benar tanpa memandang nilai kebenaran
dari komponen-komponen pembentuknya. Contoh sederhana tautologi diberikan
berikut ini.
b.
Kontradiksi
Kontradiksi adalah pernyataan majemuk
yang selalu bernilai salah tanpa memandang nilai kebenaran dari
komponen-komponen pembentuknya. Berikut ini contoh kontradiksi.
Dari definisi dan contoh dari tautologi dan
kontradiksi, jelas bahwa ingkaran darisuatu tautologi merupakan kontradiksi.
Demikian juga sebaliknya, ingkaran dari kontradiksi merupakan tautologi. Suatu
pernyataan yang bukan merupakan tautologi maupun kontradiksi disebut
kontingensi. Dalam mempelajari penarikan kesimpulan konsep mengenai tautologi
ini merupakan konsep terpenting karena digunakan untuk membuktikan apakah suatu
penarikan kesimpulan sah atau tidak.
Latihan : Buktikan bahwa pernyataan
merupakan
Tautologi.
Jawaban :
Pembuktian
pernyataan

merupakan tautologi dengan tabel kebenaran
berikut ini.
Dari tabel di
atas pernyataan

selalu bernilai benar
bagaimanapun nilai kebenaran dari komponen pembentuknya. maka pernyataan
tersebut merupakan tautologi.
Coba Anda amati kolom ketiga dan keempat. Kemudian
bandingkan dengan kolom kelima. Disana dikatakan bahwa dua pernyataan disebut
ekuivalen jika mempunyai nilai kebenaran yang sama. Dengan melihat kolom ketiga
dan keempat berarti pernyataan p
∧ q dan q ∧ p
ekuivalen atau p ∧ q
≡ q ∧ p dimana ini merupakan
aturan komutatif.
Modus Ponens, Modus Tolens, dan
Silogisme
Modus
Ponens, modus tolens, dan silogisme merupakan metode atau cara yang digunakan
dalam penarikan kesimpulan. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa
pernyataan yang diketahui nilai kebenarannya (disebut premis). Kemudian, dengan
menggunakan prinsip-prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut
kesimpulan/konklusi) yang diturunkan dari premis-premis semula. Penarikan kesimpulan
seperti ini sering disebut argumentasi. Prinsip-prinsip logika yang yang
dipakai dalam proses penarikan kesimpulan adalah sebagai berikut:
1. Argumentasi
dikatakan berlaku atau sah jika konjungsi dari premis-premisnya berimplikasi
konklusi.
2. Argumentasi
dikatakan tidak berlaku atau tidak sah jika konjungsi dari premis-premisnya
tidak berimplikasi konklusi.
a)
Modus
Ponens
Misalkan
diketahui premis-premis
p
q dan
p. dari
premis-premis itu dapat diambil konklusi
q. Pengambilan kesimpulan seperti itu disebut
Modus Ponens. Modus
Ponens disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p
q ............. premis
1
p ............. premis
2
q ............ kesimpulan / konklusi
Dalam
bentuk implikasi, modus ponens diatas dapat ditulis menjadi :
q
Yaitu konjungsi dari setiap
premis-premisnya berimplikasi konklusi.
Modus
ponens dikatakan sah apabila pernyataan implikasi
q merupakan sebuah tautologi. Dengan
demikian untuk menguji sah atau tidaknya sebuah modus ponens dapat ditentukan
dengan menggunakan tabel kebenaran seperti berikut ini.
P
|
q
|
|
|
q
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
B
S
B
B
|
B
S
S
S
|
B
B
B
B
|
Berdasarkan tabel diatas tampak bahwa
q adalah sebuah tautologi. Jadi, modus
ponens adalah argumentasi yang sah.
Contoh soal:
Tentukan
konklusi dari tiap-tiap premis berikut ini.
Jika Badu rajin belajar, maka ia akan naik kelas. ............. Premis 1
Badu
rajin belajar .............
Premis 2
Jawab
:
Jika Badu rajin belajar, maka ia akan naik
kelas. .............
Premis 1
p q
Badu rajin belajar .............
Premis 2
P
q ............. Konklusi
Jadi, konklusi / kesimpulannya adalah
“Badu akan naik kelas”
b)
Modus
Tollens
............... premis 1

q ............... premis 2
............... Konklusi / kesimpulan
Dalam bentuk implikasi
modus tollens dapat disajikan sebagai berikut.
Yaitu konjungsi dari setiap
premis-premisnya berimplikasi konklusi.
Sah atau tidaknya modus tollens dapat
diuji dengan menggunakan tabel kebenaran untuk implikasi
. Berikut ini adalah tabel kebenarannya.
p
|
q
|
|
|
|
|
|
B
B
S
S
|
B
S
B
S
|
S
S
B
B
|
S
B
S
B
|
B
S
B
B
|
S
S
S
B
|
B
B
B
B
|
Berdasarkan
tabel diatas, tampak bahwa

adalah sebuah tautologi. Jadi modus tollens
merupakan argumentasi yang sah.
Contoh
soal :
Carilah
kesimpulan dari premis-premis dibawah ini.
Jika saya giat belajar maka saya lulus ujian ............. premis 1
Ternyata saya tidak lulus ujian .............
premis 2
Jawab :
Jika saya giat belajar maka saya lulus
ujian .............
premis 1
p q
Ternyata saya tidak lulus ujian .............
premis 2
............
Konklusi
Jadi, konklusi / kesimpulannya adalah
“saya tidak giat belajar”
c)
Silogisme
............. premis 1
............ premis 2
............ Kesimpulan / konklusi
Dalam bentuk implikasi, silogisme diatas
dapat dituliskan menjadi :
Sah atau tidaknya suatu silogisme dapat
diuji dengan menggunakan tabel kebenaran untuk implikasi
. Berikut adalah tabel kebenarannya.
p
|
q
|
|
|
|
|
|
|
B
B
B
B
S
S
S
S
|
B
B
S
S
B
B
S
S
|
B
S
B
S
B
S
B
S
|
B
B
S
S
B
B
B
B
|
B
S
B
B
B
S
B
B
|
B
S
B
S
B
B
B
B
|
B
S
S
S
B
S
B
B
|
B
B
B
B
B
B
B
B
|
Dari tabel diatas,
tampak bahwa

adalah sebuah tautulogi. Jadi silogisme
merupakan argumentasi yang sah.
Contoh Soal :
Tentukan konklusi dari premis
berikut ini :
Jika
x
bilangan real, maka
x2 
0 ..............
premis 1
Jika
x2

0, maka (
x2
+ 1)

0 ..............
premis 2
Jawab :
Jika
x
bilangan real, maka
x2
0 .............. premis 1
p
q
Jika
x2
0, maka
(x2 + 1)
0 .............. premis 2
q r
.............
Konklusi
Jadi,
konklusinya adalah “Jika
x
bilangan real maka
(x2
+ 1)
0 ”
p r
SOAL PEMECAHAN MASALAH
(PENARIKAN KESIMPULAN)
Periksalah sah atau tidaknya
tiap argumen dibawah ini !
1. p
q 2.
p
q 3. p
q 4.
q
p
5. p ∨ r 6. p
r
p ∧ q
1.
Jika diketahui premis-premis sebagai berikut.
Premis 1 : Jika Andy tidak sakit maka ia masuk sekolah
Premis 2 : Jika Andy tidak lelah maka ia masuk sekolah
Premis 3 : Andy sakit dan tidak lelah
Kesimpulan : Andy masuk sekolah
Buktikan bahwa penarikan kesimpulan di atas sah.
B. PENALARAN
INDUKTIF DAN DEDUKTIF
Penalaran merupakan hal yang penting dalam kehidupan
manusia. Kemampuan melakukan penalaran menyebabkan manusia mampu
mengembangkan pengetahuan secara terus menerus. Hakikat penalaran adalah
bahwa penalaran merupakan suatu proses berpikir dalam menarik kesimpulan
yang berupa pengetahuan terkait dengan kegiatan berpikir. Sebagai
kegiatan berpikir, penalaran mempunyai ciri-ciri tertentu. Ciri yang
pertama adalah adanya suatu pola berpikir yang secara luas dapat disebut
logika. Berpikir logis merupakan kegiatan berpikir menurut alur, pola
atau kerangka tertentu. Ciri kedua adalah adanya proses analitik dari
proses berpikirnya. Berpikir analitis merupakan konsekuensi dari adanya suatu
pola berpikir analisis sintesis berdasarkan langkah-langkah tertentu.
Penalaran deduktif menurut Aristoteles, Plato, dan
Socrates merupakan bekal dan proses yang dapat menemukan kebenaran.
Namun demikian proses pencarian kebenaran dapat pula bersifat induktif
dan verifikasi kebenaran harus berdasarkan fakta yang teramati dan atau
terukur.
1. Penalaran
Induktif
Penalaran induktif adalah suatu kegiatan, suatu
proses atau suatu aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan atau membuat
pernyataan baru yang bersifat umum berdasar pada beberapa pernyataan khusus
yang diketahui atau dianggap benar. Jadi dengan kata lain dalam penalaran
induktif telah terjadi proses berpikir yang berusaha menghubungkan fakta-fakta
khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Kesimpulan ditarik dengan jalan mensintesa kasus-kasus yang digunakan sebagai
premis-premis. Kesimpulan tidak mungkin mengandung nilai kepastian mutlak dalam
hal ini terdapat aspek probabilitas. Penalaran induktif bersifat a posteriori
yaitu kasus-kasus yang dijadikan premis merupakan hasil pengamatan inderawi.
Jadi kelebihan penalaran induktif terletak pada
proses mendapatkan pernyataan baru namun pada sisi lain hasil yang didapat
tersebut masih berpeluang untuk menjadi salah.
Contoh Soal Pemecahan Masalah:
1.
Buktikan
bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap dengan menggunakan
penalaran induktif.
2.
Buktikan
dalil Pythagoras dengan menggunakan penalaran induktif.
Jawaban
:
1. Akan
dibuktikan bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap dengan
menggunakan penalaran induktif sebagai berikut. Kita ambil sebarang dua
bilangan ganjil berikut ini.
1 + 3 =
4
1 + 5 = 6
3 + 5 = 8
Demikian
seterusnya. Jika kita ambil sebarang dua bilangan ganjil, kemudian
kita
jumlahkan diperoleh bilangan genap. Dari sini disimpulkan bahwa jumlah dua
bilangan ganjil adalah bilangan genap.
(Pada
kegiatan ini terjadi proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan
fakta-fakta khusus yang sudah diketahui menuju kepada suatu kesimpulan yang
bersifat umum. Jadi penalaran induktif adalah suatu kegiatan, proses atau
aktivitas berpikir untuk menarik kesimpulan yang bersifat umum berdasarkan pada
beberapa pernyataan khusus yang diketahui benar.)
2. Akan
dibuktikan dalil Pythagoras dengan menggunakan penalaran induktif. Untuk membuktikan
dalil Pythagoras, dibuat sebarang segitiga siku-siku, misalnya seperti gambar
di bawah ini dengan ukuran 3-4-5.
Untuk menunjukkan kebenaran dalil Pythagoras digunakan
alat peraga seperti di atas. Secara umum persegi 1 dan 2 dipindahkan ke persegi
3 sehingga persegi 3 tertutup semua oleh persegi 1 dan 2. Cara pemindahan bisa
dengan memotong persegi 1 dan 2 menjadi persegi satuan sehingga dengan mudah
dapat dipindahkan ke persegi 3 sehingga daerah persegi 3 tertutup semua. Hal
ini menyatakan bahwa luas daerah 3 sama dengan jumlah luas daerah 1 dan 2.
Dengan kata lain jika luas daerah persegi 3 adalag c2 , luas
daerah persegi 2 adalah a2 , dan luas persegi 1 adalah b2
maka diperoleh c2 = a2 + b2
. Jadi terbukti kebenaran dalil Pythagoras yang menyatakan bahwa kuadrat
panjang sisi miring suatu segitiga siku-siku sama dengan jumlah kuadrat sisi
yang
lainnya.
2.
Penalaran
Induktif
Penalaran deduktif adalah suatu cara penarikan
kesimpulan dari pernyataan atau fakta yang dianggap benar dengan menggunakan
logika. Penalaran deduktif merupakan cara penarikan kesimpulan yang bersifat
khusus dari hal-hal atau kasus-kasus yang bersifat umum. Penalaran deduktif
bersifat silogisme yaitu berdasarkan argumen yang terdiri dari premis-premis
dan kesimpulan dimana hubungan antara premis-premis dengan kesimpulan merupakan
hubungan yang tidak terpisahkan satu sama lain. Selain itu penalaran deduktif
bersifat a priori yaitu premis-premis tidak memerlukan pengamatan inderawi atau
empiris. Inti penalaran deduktif adalah pada tepat atau tidaknya hubungan
antara premis premis dan kesimpulan. Kesimpulan ditarik dengan menganalisa
premis-premis yang sudah ada. Kesimpulan sesungguhnya telah tersirat dalam
premis-premisnya. Oleh karena itu penalaran deduktif bersifat tautologis.
kelebihan penalaran deduktif yang valid atau sah
adalah bahwa kesimpulan yang diperoleh tidak akan pernah salah jika premis-premisnya
bernilai benar.
Contoh Soal Pemecahan Masalah:
1. Buktikan
bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap dengan menggunakan
penalaran deduktif.
2. Buktikan
bahwa jika a, b, dan c bilangan-bilangan cacah dimana a
< b ,
berlaku a + c < b + c dengan menggunakan
penalaran deduktif.
Jawaban :
1.
Akan
dibuktikan bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap dengan
menggunakan penalaran deduktif sebagai berikut. Misalkan dipunyai dua bilangan
ganjil yaitu 2n +1 dan 2k +1 dengan n
dan k bilangan asli.
Dua bilangan
ganjil tersebut kita jumlahkan sehingga diperoleh
(2n + 1) + (2k + 1) = 2n + 2k
+ 2
= 2 (n
+ k) + 2
n dan k bilangan asli maka n + k = m juga merupakan bilangan asli.
Selanjutnya
diperoleh (2n + 1) + (2k + 1) = 2m + 2 = 2(m +1) .
Bilangan
m merupakan bilangan asli maka m + 1 juga merupakan bilangan asli. Setiap bilangan asli jika
dikalikan dengan 2 maka hasil kalinya adalah bilangan genap. Jadi terbukti
bahwa jumlah dua bilangan ganjil adalah bilangan genap.
2.
Akan dibuktikan bahwa jika a, b,
dan c bilangan-bilangan cacah dimana a < b , berlaku a + c <
b + c dengan
menggunakan penalaran deduktif. Diketahui a < b , menurut definisi “lebih kecil dari” berarti
ada bilangan asli k sehingga a + k = b
. Selanjutnya diperoleh Alasan
(a +
k) + c = b + c Sifat penjumlahan
pada kesamaan
a +
(k + c)
= b + c Sifat asosiatif
penjumlahan
a +
(c + k)
= b + c Sifat komutatif
penjumlahan
(a +
c) + k = b + c Sifat asosiatif
penjumlahan
a +
c < b
+ c Definisi
“lebih kecil dari”
Jadi terbukti bahwa jika a, b, dan c
bilangan-bilangan cacah dimana a < b , berlaku a + c <
b + c .
DAFTAR PUSTAKA
Budhayanti, Clara Ika Sari, dkk.2008.”Bahan Ajar Cetak Pemecahan Masalah
Matematika 3 SKS“.Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen
Pendidikan Nasional.
Wirodikromo, Sartono.2007.”Matematika SMA untuk Kelas X” . Jakarta: Erlangga.